JADILAH TELADAN DI TENGAH-TENGAH DOMBA (1 Pet.5:3)

>> 01 Juli 2008

JADILAH TELADAN DI TENGAH-TENGAH DOMBA
1 Petrus 5:3

“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Setiap orang perlu memikirkan panggilan Tuhan terhadap pribadi masing-masing. Sebelum melayani, melakukan tanggung jawab, terlebih dahulu harus mempunyai kesadaran akan apa yang akan kita lakukan, kita kerjakan. Tanpa kesadaran dalam hati bahwa yang kita kerjakan itu apa dan tujuannya apa? Maka apa yang dilakukan itu, semua yang menjadi hasilnya tidak akan baik, baik yang berdampak bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, serta tidak akan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Kehendak Tuhan dan setiap orang yang menyaksikan, menikmati apa yang kita kerjakan selalu menghendaki, berharap kita melakukannya karena dorongan yang mulia dari kasih ilahi. Orang yang melakukan tugas berdasarkan dengan ini maka pasti segala sesuatu yang dikerjakannya bukan berdasarkan pilihan atau keinginannya sendiri tetapi semua berjalan atas kehendak Allah.
Berdasarkan ayat 3 ini, mengarahkan kita untuk berpikir tentang seorang yang menjadi teladan di tengah-tengah domba. Seorang teladan identik dengan kepemimpinan dan bukan berarti bertindak sesuka hati, memimpin tanpa hati yang tulus atau sama artinya dengan kediktatoran. Sikap diktator tidaklah baik untuk diterapkan bagi kehidupan kita sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ditebus oleh darah Kristus. Kita sekarang bukanlah hamba tetapi seorang anak. Memperhamba orang lain, menganggap diri hebat terlebih bila mempunyai kedudukan yang empuk, sungkan, dan berat untuk merendahkan hati untuk dapat menyamakan diri, menganggap orang lain tidak sederajat, dan inilah kenyataan, realitas yang sedang terjadi di tengah-tengah lingkungan kita, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, pemerintahan, dan bahkan dalam gerejapun sudah ada.
Rasul Petrus menulis surat ini kepada para penatua yang merupakan orang-orang yang mempunyai kedudukan memimpin di dalam gereja, untuk menjadi seorang teladan bagi domba-domba atau jemaat. Seseorang yang mengatakan ini, sebelumnya harus terlebih dahulu menjadi teladan dan juga mempunyai dasar teladan dan tentunya dalam hal ini Petrus berkata tentang teladan yang baik. Sebelum Petrus menjadi pemimpin terlebih dahulu ia telah dipimpin oleh seorang pemimpin yang melayani dan memiliki kesadaran akan maksud dan tujuan Ia menjadi seorang pemimpin yaitu pemimpin rohani bagi jiwa-jiwa yang Ia layani, Ia adalah Yesus Kristus, Raja Agung, Pemimpin rohani yang tetap relevan di sepanjang zaman. Ketika Yesus bersama-sama dengan murid-muridNya di dunia terkhusus bagi Petrus, Ia berkata “Gembalakan domba-dombaKu” dan perintah ini juga yang diberikan oleh Petrus kepada kita hingga pada saat ini. Melihat sikap Petrus yang sering membuat kesalahan-kesalahan karena ketidaksabarannya, tetapi pengaruhnya sangat besar dan kepemimpinannya tidak ada taranya. Apa yang Petrus lakukan maka teman-temannya juga mengikuti dan hendak bersama-sama dia terus.
Seorang pemimpin bukan berarti menguasai untuk memerintah mereka (jemaat atau domba-domba). Pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang melayani dan pelayan yang memimpin. Kehidupan seorang pemimpin harus menunjukkan kesaksian yang dapat menjadi contoh yang baik. Menjadi seorang gembala tidaklah hanya sekedar atau asal-asalan saja tetapi sungguh-sungguh mempunyai kesadaran, mampu memikul salib, dan mempunyai tujuan sesuai dengan kehendak Allah. Inilah dia yang disebut seorang gembala teladan. Domba-domba atau jemaat sangat membutuhkan hal ini, karena domba itu terkenal dengan kebodohannya, cenderung untuk menyimpang jika ia tida mengikuti gembalanya. Dalam hal ini gembala harus berhikmat untuk menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik bagi mereka. Kadang-kadang domba itu merasa tidak senang apabila gembala mereka menegur atau memperingatkan mereka, tetapi pelayanan sebagai gembala atau pemimpin ini adalah demi kebaikan mereka sendiri. Sebagai seorang gembala tidak perlu merasa takut atau undur untuk menegur, menasihati siapapun dia. Orang-orang yang berpengaruh di dalam gereja, yang memiliki kedudukan ataupun seorang pemimpin utama seringkali membuat kita atau seseorang yang mengetahui hal yang tidak benar dilakukan oleh orang tersebut, kita jadi takut dan tidak berani untuk menegurnya padahal itu jelas sudah tidak sesuai dengan kehendak Allah. Untuk itu sebagai pemimpin atau gembala perlu meminta hikmat dari Allah, mencari kehendak Tuhan dalam menghadapi perkara-perkara itu. Kita menegur mereka atas dasar kasih supaya mereka tidak tersesat, bukan dengan motivasi karena ada dendam, iri hati, atau ingin menjatuhkan. Hendaknya kita berkata-kata dengan hikmat Tuhan, tidak menjadikan orang yang kita tegur itu malah melarikan diri, menjauh tetapi kita harus bisa melindungi, menjaga mereka supaya mereka tidak menjadi anak-anak yang hilang. Berbicara dengan orang lain harus menjadi berkat, kata-kata yang ke luar mampu membawa suatu perubahan, kesadaran bagi yang mendengar sehingga semakin hari, semakin diperbaharui menjadi lebih baik.
Menjadi teladan yang baik bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, terlebih untuk menjadi teladan bagi domba-domba. Bila menjadi teladan otomatis dia adalah seorang pemimpin dan dalam hal memimpin tidak boleh mempergunakan sistem mengemudi atau menyetir seperti seorang tukang setir bus, yang ia tahu hanya menyetir mobil, bagaimana keadaan penumpang, apakah ada yang mabuk, kecopetan, ada orang yang tidak mempunyai tempat duduk, itu tidak menjadi beban bagi dirinya, yang penting ia menyetir mobil sehingga dapat berjalan. Jika menggunakan sistem ini bagi domba-domba maka mereka akan lari, bercerai berai berarti bila digambarkan dalam suatu gereja maka gereja itu tidak berhasil karena bagi domba-domba atau jemaat yang penting adalah perhatian. Supaya gereja kita menjadi berhasil maka seorang gembala harus berjalan di depan mereka dan memimpin mereka, sekali-kali melihat kebelakang, berdiri di tengah-tengah mereka, berdiri di samping kanan, atau kiri, juga di belakang sambil terus menghitung jumlahnya domba-domba tersebut apakah ada yang hilang atau tidak, serta mencari apa sebabnya. Memperhatikan kebutuhan mereka, keadaan fisik dan juga kerohanian mereka, melindungi mereka dari pencuri. Di zaman sekarang ini ada banyak pencuri-pencuri yang berkeliaran untuk menyesatkan orang-orang yang percaya kepada Kristus, seperti Saksi Yehova, Mormon yang memasuki kantong-kantong Kristen, lingkungan kekristenan, ladang-ladang di mana domba-domba berada dan berusaha untuk mencuri domba-domba yang sudah berkumpul. Dengan rayuan-rayuan mereka mencuri domba oleh karena bisa jadi domba tersebut kekurangan kebutuhan dari gembalanya.
Menyingkapi hal ini, gembala yang dikatakan sebagai teladan harus mempunyai kerelaan untuk melakukan yang terbaik, tidak karena paksaan atau motivasi-motivasi yang lain seperti mencari keuntungan, ingin kedudukan, ingin jabatan, ingin terkenal dan dihormati orang lain. Motivasi seperti ini tidak menghasilkan buah yang baik. Dengan motivasi seperti ini maka sangat berpengaruh dalam cara kerja orang tersebut. Menghadapi domba-domba nakal sangat perlu kesabaran, perlu mendidiknya dengan mau mendekatinya, memegangnya supaya ia bisa merasakan bahwa ia mendapat sentuhan, perhatian dan merasa nyaman karena ia sedang dilindungi. Gembala tidak menganggap bahwa dirinya punya tempat yang berbeda dengan domba-domba atau jemaat. Hidup bersahabat, merangkul mereka, membesuk, mengadakan konseling, persekutuan bersama dengan mereka, sehingga mereka boleh merasakan bahwa ada suatu kehidupan di mana mereka merupakan suatu anggota keluarga. Seorang pemimpin tidak boleh maju terlalu jauh daripada pengikutnya, supaya jangan mengecilkan hati mereka. Sambil berjalan terus, ia tinggal cukup dekat dengan mereka, sehingga mereka tetap dapat melihat dia dan mendengar panggilannya untuk maju. Ia tidak terlalu kuat, sehingga tidak dapat menunjukkan simpati yang menguatkan terhadap kelemahan domba-domba atau jemaatnya. “Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan yang tidak kuat.” Untuk menjadi seorang pemimpin, kesabaran merupakan faktor penting untuk berhasil tetapi bukan dalam arti duduk dengan berlipat tangan dan hanya menerima keadaan saja, melainkan berarti tahan menderita demi kemenangan, terus menerus secara jantan dalam ujian. Kesabaran adalah keteguhan Kristen, yaitu menerima dengan gagah dan berani dalam menghadapi segala sesuatu yang menimpa dalam hidup ini, dan mampu mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi suatu langkah ke arah yang lebih tinggi. Menghadapi domba-domba yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dan terlebih persoalan-persoalan yang mereka timbulkan sangat menuntut kesabaran seorang pemimpin dan bagaimana cara menanggapi hal itu. Oleh karena itu sebagaimana yang rasul Paulus katakan kepada anak rohaninya Timotius (I Timotius 4:12) “jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaannu, dan dalam kesucianmu.” Maka sebagai seorang pemimpin baik muda ataupun tua perkataan ini sangat penting untuk dilakukan.
Teladan dalam perkataan berarti tidak cepat mengeluarkan kata-kata tetapi mencerna apa yang didengar, dilihat dan apa maksudnya, tidak menanggapinya dengan amarah, caci maki, kutuk atau kata-kata yang mendatangkan kemunduran rohani jemaat. Tetapi hendaknya perkataan yang ke luar membawa berkat bagi pertumbuhan rohani jemaat karena terkesan akan apa yang menjadi isi hatinya. Demikian juga halnya dengan gerak-gerik atau tingkah laku kita, setiap orang pasti melihat dan mampu menginterprestasikan maksud dari apa yang kita lakukan. Ada hal-hal yang dapat kita lakukan di depan orang-orang yang sudah memiliki kerohanian yang matang dan ada juga hal-hal yang tidak boleh dilakukan terlebih bagi orang-orang yang kerohaniannya masih bayi maka harus lebih memperhatikan itu karena apa yang pamimpinnya lakukan akan sangat mudah ditirunya sehingga kerohaniannya bukan manjadi lebih bertumbuh tetapi semakin mengecil. Seperti seorang hamba Tuhan menggunakan minuman yang beralkohol untuk menolong kesehatan tubuhnya. Tetapi pada saat itu ada orang yang baru bertobat melihat hamba Tuhan ini minum minuman beralkohol membuat dia juga membeli minuman yang beralkohol dan meminum sebanyak-banyaknya sehingga dia menjadi mabuk. Hal ini sangatlah tidak baik oleh karena itu kita perlu memberi teladan yang baik bagi domba-domba dalam hal tingkahlaku. Dalam kasih juga perlu memberi teladan. Ada banyak yang memberi definisi kasih itu tetapi perlu kita tekankan di sini bahwa kasih yang dimaksud adalah kasih agape, yaitu kasih yang tidak menuntut balas, pemberian tanpa pamrih,yang juga sering disebut kasih Allah. Memberi segala sesuatu haruslah dengan kasih yang tanpa menuntut balas jasa, kasih yang tulus, menasihati orang lain harus dengan kasih, tidak karena ada maksud tertentu, memberi sesuatu atas dasar kasih seperti mengampuni, memberi materi kepada orang lain, pertolongan semuanya diberi dengan ikhlas. Karena dari hal-hal seperti inilah orang-orang dengan mudah melakukan yang baik itu. Hal kesetiaan juga menunjukkan bagaimana hati, motivasi kita dalam melakukan sesuatu. Seorang pemimpin harus mempunyai hal ini. Pemimpin yang tidak mempunyai sikap ini membuat pengikutnya akan lari, karena merasa dikhianati, diabaikan tetapi bila pemimpin memberi teladan yang setia maka jemaat yang meskipun sudah lari, jauh, pasti ia akan kembali. Bukan hal-hal kesetiaan pada pribadi manusia saja kita perlu setia tetapi setia juga dalam membaca firman Tuhan, berdoa, beribadah kepada Tuhan karena ini menjadikan seseorang juga dapat lebih setia dengan orang lain, dalam pekerjaan, dalam segala apa yang kita lakukan. Banyak hal yang menjanjikan pada saat ini dan ini membuat kita yang tidak mempunyai motivasi yang benar, jelas, membuat kita mudah untuk lebih tidak setia, terombang ambing, dan orang seperti ini tidak akan pernah mendapat hasil yang baik. Dan selanjutnya, hendaknya kita menjadi teladan dalam kesucian. Kesucian berhubungan dengan tubuh kita. (Roma 12:1-2) menuntut kesucian tubuh untuk menjadi persembahan yang hidup yang berkenan kepada Tuhan. Tidak merusaknya dengan menjual diri, menggunakan obat-obat terlarang, tidak merusaknya dengan memelihara kebencian, iri hati (semua kejahatan). Tetapi membersihkannya dengan memelihara, mengisinya dengan kebenaran firman Tuhan.
Biarlah kita menjadi teladan yang baik, yang menggembalakan domba-domba kepunyaan Tuhan. Memeliharanya, melindunginya, sehingga membawa hasil yang baik. Jemaat atau domba-domba ini boleh menghasilkan bulu-bulu yang lebat, susu yang baik, daging yang baik, bahkan menghasilkan anak yaitu jiwa-jiwa baru sebagai hasil teladan yang didapat dari gembala, dari pemimpin dengan memberi teladan yang baik dan yang menjadi sumber atas dasar teladannya yaitu Yesus Kristus. Menghasilkan teladan yang baik bagi kemuliaan Allah.

By: Vernando Lumbantoruan

0 komentar:

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP